Iklan

terkini

Kisah Pengrajin Kayu Melihat Harapan Berkat Operasi Katarak Gratis dari PT Vale

9/26/25, 18:01 WIB Last Updated 2025-09-26T11:01:54Z



Sebuah somel sederhana di Poros Kelurahan Lamekongga, Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka, seorang pengrajin tangan dengan cekatan mengukir kayu menjadi karya seni. Tangannya yang dulu sempat terhenti karena gangguan penglihatan, kini kembali lincah menari di atas kayu.


Bayangkan dunia semakin kabur, seperti melihat melalui kaca berembun yang tidak pernah hilang. Itulah yang dialami Syarifuddin 53 tahun, pria kelahiran 4 Januari 1972 ini, nyaris kehilangan mata pencahariannya akibat katarak yang menyerang sejak sebelum pandemi corona. 


Namun, sebuah program operasi gratis dari PT Vale Indonesia Tbk melalui Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa mengubah segalanya, membawa kembali cahaya ke hidupnya dan keluarganya.


Syarifuddin, ayah dari empat anak ini hanyalah satu dari sekitar satu juta orang di Indonesia yang bergulat dengan gangguan penglihatan akibat katarak, kondisi yang meredupkan kejernihan dan ketajaman visual hingga penglihatan tampak buram. 


"Dulu pak, saya sempat hampir tidak bisa melihat. Awalnya samar, seperti melihat dunia dari balik kaca, berembun. Dan seiring waktu kabut itu semakin tebal hingga nyaris tidak bisa bedakan bentuk dan warna," cerita Syarifuddin dengan nada penuh syukur, saat berbagi pengalaman di bengkel mebelnya bernama Usaha Dasar (UD) Cipta Karya pada Rabu, 23 Juli 2025.


Katarak bukan hanya ancaman bagi kesehatan, tapi juga bagi nafkah hidup. Sebagai pengrajin mebel kayu yang bergantung pada ketelitian mata, Syarifuddin merasa putus asa. 


Pengobatan yang lama, rumit, dan mahal membuatnya terpuruk. 


"Saya dengar-dengar waktu itu sekitar Rp8 juta untuk operasinya, itu belum termasuk biaya obat dan lain-lain," ungkapnya, mengenang masa-masa sulit ketika usahanya hampir lumpuh.


Titik balik datang dari seorang pelanggan lama yang memberi kabar gembira: program operasi katarak gratis dari PT Vale Indonesia IGP Pomalaa. 


Dengan wajah berbinar, mata menyipit bahagia, pipi terangkat, dan senyum lebar yang memperlihatkan gigi rapi, Syarifuddin menceritakan prosesnya. 


"Kebetulan ada yang beri informasi bahwa PT Vale akan mengadakan operasi katarak gratis, sehingga saya mencoba untuk mendaftar dan alhamdulillah lolos," katanya.


Sebagai salah satu dari 20 penerima manfaat yang dipilih ketat dari berbagai kecamatan, Syarifuddin menjalani pemeriksaan pra-operasi selama seminggu. 


Operasi pun dilakukan, diikuti perawatan pasca-operasi setiap tiga hari sekali selama tiga bulan, semuanya gratis, termasuk obat-obatan. 


"Bukan cuma operasi yang ditanggung, bahkan saya juga disuruh untuk pengecekan pasca operasi tiap tiga hari sekali selama tiga bulan, dan itu gratis beserta obat-obatnya," ujarnya antusias.


Syarifuddin menyatakan bahwa manfaat program tersebut sangat terasa, karena dulu ia tidak bisa melihat jelas bahkan pada jarak satu meter, tetapi kini ia sudah bisa melihat dengan jelas berkat operasi.


"Manfaatnya sangat terasa sekali. Bayangkan saja, dulu jarak satu meter saja saya tidak bisa lihat jelas, sekarang alhamdulillah saya sudah bisa melihat dengan jelas," lanjut Syarifuddin. 


Kini, somel miliknya ramai pelanggan, roda ekonomi keluarga berputar lancar, dan kehidupan semakin sejahtera. 


"Mudah-mudahan masih ada program serupa, sehingga banyak orang yang tidak mampu bisa terbantu," harapnya penuh optimisme.


Program ini bukan sekadar bantuan medis, melainkan bagian dari komitmen PT Vale Indonesia terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ketiga: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik. 


Head of Project IGP Pomalaa, Mohammad Rifai, menjelaskan bahwa inisiatif ini dirancang komprehensif, mencakup screening awal hingga perawatan lanjutan. 


"Saat ini untuk program pertama ya, ini akan kita jadikan program tahunan. Jadi saat ini, kita punya 20 orang yang kita masukkan dan kita ambil di setiap Kecamatan, jadi kita betul-betul seleksi, betul-betul orang-orang yang sangat butuh program ini dan mereka memang nggak mampu," tegas Rifai.


Kolaborasi dengan Direktur Klinik Mata Kolaka, dr. Muhammad Rizal Aziz, juga mendapat apresiasi tinggi. 


"Dengan adanya program ini, bisa sangat membantu, dan kami harapkan ke depannya bisa ditingkatkan lagi kerjasamanya, sehingga dari skala kecil, yang mungkin 20 pasien bisa menjadi dalam jumlah besar pasiennya," kata dokter tersebut. 


"Kami harapkan program ini tidak berhenti sampai di sini, tapi tetap konsisten dan berkelanjutan, terus-menerus, sehingga bisa membantu masyarakat lebih banyak lagi," tambahnya. 


Kisah Syarifuddin menjadi pengingat bahwa di balik kabut penyakit, ada harapan yang bisa dibangkitkan melalui inisiatif korporasi yang peduli. Program tahunan ini diharapkan terus meluas, membawa terang bagi ribuan penderita katarak di pelosok Indonesia. (IVK)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Kisah Pengrajin Kayu Melihat Harapan Berkat Operasi Katarak Gratis dari PT Vale

Terkini

Topik Populer

Iklan