![]() |
| Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kemenko Pangan, Widiastuti | Noval |
KOLAKA — Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kemenko Pangan, Widiastuti, menyoroti persoalan serius yang masih membayangi sektor pangan nasional.
Persoalan yang dimaksud seperti minimnya regenerasi petani dan belum jelasnya status penyuluh pertanian.
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri kegiatan Tanam Bersama Pengembangan Teknologi Budidaya Padi Produksi Tinggi dan Berkelanjutan yang digelar PT Vale Indonesia Tbk di Desa Puubunga, Kecamatan Baula, Minggu (23/11/2025).
Menurut Widiastuti, tantangan pangan bukan hanya soal benih dan lahan, tetapi juga kualitas sumber daya manusia.
Saat ini, sekitar 70 persen petani Indonesia berusia di atas 40 tahun, sementara generasi muda enggan terjun ke sektor pertanian.
“Anak muda masih menganggap pertanian itu kotor dan kurang menguntungkan. Padahal teknologi sudah maju—bahkan sekarang ada drone untuk penyemprotan,” ujarnya.
Ia menilai modernisasi pertanian harus terus dikenalkan agar sektor pangan tidak kehilangan pelaku utamanya di masa depan.
Status Penyuluh Pertanian Masih Kabur
Selain regenerasi petani, Widiastuti juga menyoroti persoalan penyuluh pertanian yang masih berada dalam masa transisi dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat.
Menurutnya, ketidakjelasan ini berpotensi menimbulkan miskomunikasi di lapangan dan bisa berdampak pada pendampingan petani.
“Status penyuluh masih dalam masa transisi. Ini harus segera jelas supaya tidak menimbulkan kebingungan di daerah,” tegasnya.
Kehadiran Widiastuti bersama PT Vale di Kolaka diharapkan dapat mempercepat modernisasi pertanian dan memantik minat generasi muda untuk kembali menatap profesi petani sebagai peluang masa depan. (nov)
