![]() |
| Pengajian Akbar REHAT pada 20 Oktober 2025 lalu di Desa Ponre Waru, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka. |
ProvinsiSulawesi Tenggara (Sultra), wilayah yang kaya akansumber daya alam, tengah menulis babak baru dalampeta pembangunannya.
Jauh dari narasi lama tentang konflik antara eksploitasi sumber daya dan kesejahteraan masyarakat, Sultra kini aktif mencetak model pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Di balik perubahan paradigma ini, peran strategis korporasi industri tak bisa diabaikan.
PT Ceria Nugraha Indotama, operator proyek smelter nasional Merah Putih, telah menjadikan integrasikomunitas dan penguatan nilai-nilai lokal sebagai pilar utama dalam filosofi operasionalnya.
Dan di jantung perubahan ini, Kecamatan Wolomuncul sebagai laboratorium hidup dan teladan inspiratif di mana visi korporasi dan aspirasi masyarakat bertemu dalam sinergi nyata.
Salah satuwujud paling konkret dari sinergi tersebut adalah program REHAT (Refleksi, Hikmah & Tauhid), sebuah inisiatif sosial-keagamaan yang secara konsisten didukung dan difasilitasi oleh Ceria Corp.
Wolo: Prototipe Keharmonisan untuk Sultra
Acara puncak Pengajian Akbar REHAT pada 20 Oktober lalu di Desa Ponre Waru bukan sekadar kegiatan keagamaan.
Ia menjadi simbol kebersamaan dan peragaan publik tentang bagaimana kepentingan industri, aspirasi masyarakat, dan nilai-nilai lokal dapat bersatu.
Lebih dari 300 jamaah dari berbagai kalangan karyawan, perangkat desa, dan puluhan komunitas hadir membuktikan bahwa modal sosial yang kuat adalah fondasi utama pembangunan berkelanjutan, dan industri yang bertanggung jawab adalah penjaganya.
Acara ini turut dihadiri oleh GM Wahyu Maradona, Ketua Perencana CSR PPM Provinsi H. SyahrulBeddu, serta jajaran divisi eksternal perusahaan, Abdul Rahim Said dan H. Arfah Mustafa.
Bagi perusahaan, GM menegaskan bahwa “kegiatan ini adalah salah satu wujud kecintaan masyarakat lingkar tambang kepada perusahaan.”
Di tengah suasana penuh khidmat, sosok H. Parmin Dasir tampil sebagai representasi Sultra yang baru.
Tokoh masyarakat sekaligus bagian dari manajemen perusahaan yang menjembatani dua dunia: industri dan komunitas.
Ia menegaskan pentingnya membangun lingkungan kerja dan sosial yang religius, harmonis, dan produktif.
Ekosistem Sipil yang Didukung oleh Korporasi
Kekuatan model Wolo tak hanya terletak pada figur-figur sentralnya, tetapi juga pada jejaring sipil yang solid.
Dukungan konsisten dari Ceria Corp menciptakan ruang aman bagi tumbuhnya kolaborasilintas komunitas.
Tuan rumah Majelis Taklim Khaerunnisa Desa Ponre Waru didukung oleh jaringan majelis taklim dari desa-desa sekitar: Samaenre, Langgomali, Ulu Lapao-pao, dan Donggala, di bawah koordinasi BKMT KecamatanWolo.
Selain itu, berbagai organisasi lokal ikut memperkuat harmoni sosial ini: FORMAPI, MATA, FORMULA, PERKASA, Tamalaki Sangia Nilulo, KKSS, hinggaPORMABES.
Keanekaragaman ini menunjukkan bahwa keharmonisan di Wolo bukan kebetulan, melainkan hasil dari kesadaran kolektif yang dirawat dan difasilitasi dengan bijak.
Landasan Moral dan Kesadaran Lokal
Landasan moral dari sinergi ini diperkokoh dengan tausiyah Ustadz Abdul Basit, yang membawa tema “Generasi Muda Tambang, Menjawab Sumpah Pemuda.”
Pesannya menghubungkan semangat nasionalisme dengan etos kerja berlandaskan iman, sejalan dengan nilai-nilai luhur proyek nasional smelter Merah Putih.
Di sisi lain, Ihwan Kadir, Koordinator PA Ceria Wolo, menjadi arsitek dari cetak biru kebersamaan ini.
Melalui tangan dinginnya, REHAT tumbuh menjadi gerakan sosial yang mampu menautkan perusahaan dan masyarakat secara spiritual dan kultural.
Dengan dukungan penuh Ceria Corp, ia berhasil membangun mekanisme penguatan jaringan sosial yang berkelanjutan.
Masa Depan Sultra dalam Harapan Cerah
Apa yang terjadi di Wolo adalah pernyataan moral dari Sulawesi Tenggara kepada dunia: provinsi ini berkomitmen mengelola kekayaan alamnya dengan bijaksana.
Model ini menjadi solusi nyata atas tantangan global — bagaimana kekayaan sumber daya dapat menjadi berkah bagi semua pihak.
Inilah sinergi tiga pilar pembangunan: Visi pemerintah daerah yang proaktif, komitmen strategis korporasi melalui proyek smelter Merah Putih, partisipasi masyarakat yang berdaya dan beriman.
Dengan fondasi yang dibangun oleh kearifan H. Parmin Dasir, keteladanan Ustadz Abdul Basit, dedikasi Ihwan Kadir, serta dukungan penuh dari Ceria Corp, Sulawesi Tenggara tak sekadar menggalimineral, ia menggali nilai, iman, dan kemanusiaan.
Wolo kini menjadi mercusuar bagi harmoni industridan komunitas, model masa depan pembangunan yang lebih manusiawi dan berkeadilan. (rul)
