Iklan

terkini

Kolaka Surplus Beras, Tapi Harga Premium Meroket: Ini Penyebabnya!

11/24/25, 16:31 WIB Last Updated 2025-11-24T09:31:31Z

 

Bupati Kolaka, Amri saat menghadiri kegiatan tanam bersama pengembangan teknologi budidaya padi produksi tinggi dan berkelanjutan PT Vale Indonesia Growth Project Pomalaa, di Desa Puubunga, Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka, Minggu (23/11/2025) pagi. | Noval


KOLAKA - Per tahun 2025, Kabupaten Kolaka telah memiliki lahan persawahan seluas 10.151 hektar.


Dari luas lahan itu, minimal tanam dalam setahun adalah 14 ribu hektar dengan rata-rata luas tanam bisa mencapai angka 17 ribu hektar.


Rata-rata hasil panennya berada di angka 4,4 ton per hektar.


Bila ditotal, maka hasil panen keseluruhan bisa mencapai sekitar 74.800 ton gabah kering atau setara 37.400 ton beras.


Itu sudah cukup untuk memenuhi 20.124 ton konsumsi beras warga Kolaka per tahun.


Sehingga dari data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kolaka di atas, secara stok, beras di Bumi Mekongga sebenarnya sudah sangat aman.


Demikian dikatakan Bupati Kolaka, Amri saat memberi sambutan di kegiatan PT Vale Indonesia Growth Project (IGP) Pomalaa bertajuk Tanam Bersama Pengembangan Teknologi Budidaya Padi Produksi Tinggi dan Berkelanjutan, di Desa Puubunga, Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka, Minggu (23/11/2025) pagi.


“Kabupaten Kolaka termasuk dalam 150 kabupaten/kota yang dipantau indeks harga konsumennya (IHK) setiap pekan. Dari stok beras Bulog Kolaka sudah mencukupi. Jadi seharusnya tidak ada lagi alasan gejolak harga,” kata Ketua Partai Gerindra Kolaka itu.


Namun anomali terjadi: harga beras premium justru naik menjadi Rp17.000–Rp18.000 per kilogram, dari harga normal Rp15.800.


Menurut Bupati, lonjakan tersebut bukan disebabkan oleh masyarakat lokal, melainkan meningkatnya permintaan dari pekerja proyek pertambangan yang berdatangan ke Kolaka.


“Yang datang ini tenaga kerja perusahaan-perusahaan besar. Mereka belinya premium, bukan Sembako bersubsidi,” jelasnya.


Olehnya ia bilang secara tegas, agar perusahaan tidak membeli beras dari pasar rakyat secara besar-besaran karena akan berdampak pada stabilitas harga.


“Banyak perusahaan datang, pekerjanya banyak, dan pembeliannya bukan satu-dua. Ini yang mengganggu harga pasar,” ujarnya. (nov)

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Kolaka Surplus Beras, Tapi Harga Premium Meroket: Ini Penyebabnya!

Terkini

Topik Populer

Iklan